160Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (Dirjen IKM) Kementerian Perindustrian, Euis Saedah, Jumat 27 Mei 2016, berkesempatan mengunjungi Sekretariat SKP-HAM Sulteng untuk melihat pameran mini produk tenun yang dihasilkan Kelompok Perempuan Bomba Kumbaja. Dalam kunjungannya, Euis yang didampingi Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulteng, Abubakar Al Mahdali, Kabid Hakelma, Irwansyah, beserta sejumlah staf Dirjen IKM dan Disperindag Sulteng.Tiba di sekretariat SKP-HAM di Jalan Basuki Rahmat, Kelurahan Birobuli Utara, Euis dan rombongan disambut pengurus SKP-HAM Sulteng bersama sejumlah ibu-ibu penenun dan penjahit yang berasal dari Kecamatan Labuan, Kabupaten Donggala, dan Kelurahan Pantoloan Boya, Kota Palu, yang tergabung dalam Kelompok Bomba Kumbaja. Euis pun diajak untuk melihat hasil kerajinan tenun dan produk tenun yang dihasilkan oleh ibu-ibu tersebut, selama pelatihan yang diselenggarakan atas kerjasama SKP-HAM Sulteng, House of Lawe Yogyakarta, dan IKA melalui Program Peduli.Euis terkesan melihat berbagai produk kerajinan tenun yang dipamerkan. Dirinya bahkan meminta kepada stafnya untuk memesan produk tenun berupa tas seminar, jika instansinya mengadakan kegiatan.Mariana, salah satu penenun mengatakan, dirinya telah belajar menenun sejak SD menggunakan alat tenun yang telah diwariskan secara turun-temurun. Jika awalnya ia hanya menjadi buruh tenun dengan upah seadanya, maka kini setelah mengikuti pelatihan, ia percaya diri dapat menjadi mandiri.Sementar, Sanaria, yang telah menenun sejak tahun 1970-an, mengungkapkan keluhannya kepada Euis mengenai sulitnya mendapatkan benang berkualitas sebagai bahan baku tenun, karena selain harganya mahal, barangnya pun susah didapat.Mendengar kisah-kisah dari para penenun itu, Euis meminta kepada SKP-HAM untuk terus berkoordinasi dengan Dirjen IKM melalui Disperindag Sulteng. Menurutnya, pihaknya akan mengupayakan untuk membantu ibu-ibu pengrajin tersebut dengan revitalisasi alat produksi.“Yang jelas ibu-ibu semua harus semangat dan terus bersatu, karena itu modal awal suksesnya sebuah usaha,” ujarnya.Kadisperindag Sulteng, Abubakar Al Mahdali mengatakan, dirinya sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh SKP-HAM Sulteng dan kelompok pengrajin ini.“Yang pertama harus dilakukan adalah memberi merek pada produk kerajinan ini agar lebih dikenal di kalangan yang lebih luas dan lebih mempermudah dalam urusan penyaluran bantuan,” ujarnya.Setelah mendapat begitu banyak apresiasi, kini para pengrajin harus mulai merancang usaha yang telah mereka rintis tersebut. Pelatihan demi pelatihan mereka ikuti demi pengembangan kualitas diri dan kualitas produknya. Mereka juga diajarkan untuk berkoperasi dan menyisihkan sebagian pendapatannya untuk ditabung.Komunitas pengrajin tenun ini adalah bukti bahwa produk budaya tradisional kita dapat dikemas dengan balutan modern yang bercita rasa tinggi dan memiliki nilai jual yang mampu bersaing dengan produk lainnya. Sekarang adalah bagaimana mempertahankan semangat kebersamaan dan etos kerja yang sudah ada untuk menjadikan Tenun Sabe Limoyo ini sama derajatnya dengan Bomba yang telah lebih dulu terkenal. ***